TRIPODNews.id - PLN Nusantara Power (PLN NP), salah satu subholding pembangkitan PT PLN, telah menganggarkan dana sebesar US$2 miliar atau sekitar Rp30,6 triliun (dengan kurs Rp15.300 per dolar Amerika Serikat) untuk proyek-proyek energi baru terbarukan (EBT) yang akan berlangsung hingga tahun 2030.
Direktur Keuangan PLN Nusantara Power, Dwi Hartono, menjelaskan bahwa hingga tahun 2030, mereka memerlukan investasi sebanyak US$2 miliar untuk membangun pembangkit EBT, baik dengan pendanaan sendiri maupun melalui sistem co-investment.
Dwi menjelaskan bahwa sistem co-investment adalah kerjasama investasi bersama dengan mitra terbatas, seperti yang telah mereka lakukan dalam proyek Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Terapung Cirata. Proyek PLTS Cirata adalah hasil kerjasama antara PLN NP melalui anak usahanya, PLN Nusantara Renewables, dengan perusahaan energi asal Uni Emirat Arab, Masdar. PLN Nusantara Renewables memiliki porsi saham mayoritas sebesar 51%, sementara sisanya sebesar 49% dimiliki oleh Masdar.
"Dalam proyek ini, kami berinvestasi bersama-sama dengan non-PLN Group, kami menyuntikkan dana dan berinvestasi bersama, dan hasilnya dibagi dua," jelas Dwi.
Dana sebesar US$2 miliar hingga tahun 2030 ini akan dibiayai sebagian dari dana internal, dan sebagian lagi melalui penggalangan dana (fundraising) melalui PLN Group. Karena PLN NP adalah sebuah subholding, ada batasan-batasan yang mengharuskan perusahaan untuk mendapatkan pendanaan melalui holding.
Dwi juga menyebut bahwa PLN telah mendapatkan green loan atau green bond, yang dapat digunakan untuk mendukung pembiayaan proyek-proyek EBT di masa depan.