TRIPODNews.id - Siaran pers terbaru dari Samuel Kesuma, Senior Portofolio Manager Equity di PT Manulife Aset Manajemen Indonesia (MAMI), mengungkapkan bahwa reksa dana saham offshore memiliki peluang pertumbuhan yang menarik seiring pemulihan ekonomi di kawasan Asia Pasifik. Dalam wawancara ini, dia merinci faktor-faktor kunci yang mendukung pandangan positifnya.
Menurut Samuel, saat ini, saham-saham di Asia Pasifik (kecuali Jepang) diperdagangkan dengan valuasi yang lebih kompetitif dibandingkan dengan saham-saham di negara maju. "Sebagai ilustrasi, rasio Price Earning indeks MSCI Asia Pasifik (kecuali Jepang) saat ini lebih murah sebanyak 20% dibandingkan dengan kawasan negara maju," ujarnya.
Samuel juga menjelaskan bahwa pemerintah China telah mengeluarkan enam kebijakan khusus yang bertujuan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. Hal ini terjadi setelah Morgan Stanley sebelumnya menurunkan peringkat saham-saham China akibat masalah perlambatan ekonomi dan kegagalan sektor tertentu.
Dari sisi India, Samuel mencatat bahwa negara ini telah mengadopsi agenda reformasi yang kohesif dan konsisten sejak tahun 2014. India memiliki siklus pertumbuhan yang positif dan saling terkait. Selain itu, proses formalisasi bisnis dan digitalisasi di India, yang didukung oleh pasar domestik yang besar dan insentif reinvestasi dari pemerintah, telah berdampak positif pada makroekonomi mereka. Hal ini membawa manfaat bagi perusahaan dengan meningkatkan belanja modal dan menciptakan pertumbuhan kredit yang lebih baik. Samuel menyatakan, "India berpotensi menjadi pusat manufaktur global yang ramah. Keunggulannya termasuk upah industri manufaktur yang sangat kompetitif, yang lebih rendah daripada negara-negara seperti Malaysia, China, Taiwan, Vietnam, dan Filipina. Selain itu, populasi pekerja di India diperkirakan akan melampaui China."
Katarina Setiawan, Chief Economist & Investment Strategist di MAMI, menambahkan bahwa sejak akhir Juni 2019 hingga akhir Juni 2023, inflasi di Amerika Serikat (AS) dan Eropa mengalami peningkatan yang signifikan di atas tren sebelum pandemi Covid-19. Di sisi lain, inflasi di Asia tetap dalam tren yang serupa dengan periode sebelum pandemi Covid-19, dengan tingkat sedikit di atas 2%. Inflasi inti di seluruh negara di kawasan Asia juga menunjukkan penurunan, kecuali Jepang.