TRIPODNews.id - Gaya hidup yang dinamis yang dianut oleh generasi milenial dan gen Z seringkali disertai dengan minimnya pengetahuan tentang pengelolaan keuangan. Dalam banyak kasus, mereka merasa kesulitan dalam mengatur keuangan mereka secara efektif. Prioritas yang tidak teratur juga menjadi salah satu masalah yang dihadapi oleh sebagian dari mereka. Keberhasilan dalam mengelola keuangan pribadi sangat bergantung pada tingkat kedisiplinan dalam menjaga konsistensi dalam hidup hemat dan cerdas.
Hidup hemat bukan berarti mengorbankan kualitas hidup. Sebaliknya, itu berarti mampu memprioritaskan kebutuhan di atas keinginan serta mengatur pengeluaran secara efisien dan seimbang dengan penghasilan. Ini adalah kunci untuk mengelola keuangan dengan baik, terutama di tengah maraknya fenomena "You Only Live Once" (YOLO) dan "Fear of Missing Out" (FOMO), yang dapat menjadi tantangan besar bagi generasi milenial dan gen Z dalam mengelola keuangannya.
Aman Santosa, Kepala Departemen Literasi, Inklusi Keuangan, dan Komunikasi Otoritas Jasa Keuangan (OJK), menyoroti pentingnya literasi keuangan dalam membantu milenial dan gen Z untuk lebih fokus pada kebutuhan daripada keinginan. Menurutnya, jika seseorang sering membeli barang yang tidak diperlukan atau yang tidak produktif, maka kemungkinan besar dia akan kesulitan untuk membeli barang yang sebenarnya dibutuhkan.
Dalam pengelolaan keuangan, generasi milenial dan gen Z juga perlu memahami produk dan layanan jasa keuangan dengan baik. Mereka harus mengenali produk, memahami fitur-fiturnya, menganalisis manfaat dan risikonya, serta memahami hak dan kewajiban sebagai konsumen, termasuk mekanisme perlindungan konsumen yang tersedia.
Dengan pengetahuan yang tepat dan kedisiplinan dalam mengelola keuangan, generasi milenial dan gen Z dapat menghadapi tantangan finansial mereka dengan lebih percaya diri dan membangun pondasi keuangan yang kuat untuk masa depan.