news ekonomi sport otomotif hiburan wisata opini politik foto indeks
Ini Biang Kerok Masyarakat Ogah Pakai Kendaraan Umum

TRIPODNews.id -  Yayat Supriatna, Pengamat Tata Kota dari Universitas Trisakti, mengungkapkan bahwa pembangunan infrastruktur transportasi umum di Jakarta masih belum efektif dalam mendapatkan dukungan masyarakat. Hal ini disebabkan oleh persepsi bahwa menggunakan kendaraan pribadi masih lebih ekonomis.

Yayat menjelaskan bahwa pemerintah telah mengembangkan model transportasi yang terintegrasi, seperti Transjakarta, KRL, LRT, dan MRT. Namun, perpindahan antar moda transportasi masih memerlukan pembayaran tarif baru. Selain itu, dalam beberapa kasus, pengguna transportasi umum masih harus menambah perjalanan dengan berjalan kaki atau menggunakan ojek online. Akibatnya, biaya total yang dikeluarkan oleh masyarakat bisa lebih tinggi daripada menggunakan kendaraan pribadi.

Menurut Yayat, saat ini terdapat sekitar 19 juta sepeda motor dan sekitar 4 juta mobil di Jakarta, dengan jumlah penduduk sekitar 11 juta. Ini berarti jumlah kendaraan bermotor hampir dua kali lipat jumlah penduduk. Di sisi lain, menggunakan kendaraan pribadi, terutama sepeda motor yang dominan di DKI Jakarta, hanya memerlukan pengisian bahan bakar yang saat ini juga mendapatkan subsidi dari pemerintah. Bahkan, bahan bakar tersebut tidak habis dalam sehari dan bisa digunakan kembali keesokan harinya. Yayat menekankan bahwa motor adalah pilihan yang paling ekonomis bagi masyarakat.

Yayat berpendapat bahwa pemerintah seharusnya lebih berani memberikan subsidi yang lebih besar untuk transportasi umum. Dengan cara ini, biaya penggunaan transportasi umum harus jauh lebih terjangkau daripada menggunakan kendaraan pribadi. Hanya dengan langkah ini, masyarakat akan cenderung lebih memilih transportasi umum sebagai pilihan utama.

Yayat juga mencatat contoh dari Malaysia, di mana ada program seperti MY50 atau MY100, yang memungkinkan masyarakat membayar sejumlah tertentu (sekitar Rp150 ribu atau Rp300 ribu lebih) dan mendapatkan akses ke transportasi umum selama sebulan. Hal serupa bisa diterapkan di Jakarta dengan adanya kartu yang diberikan oleh pemerintah, yang memungkinkan masyarakat untuk bepergian dengan transportasi umum dengan lebih efisien dan terjangkau.

Yayat juga mengusulkan pemberian insentif berupa tarif yang berlaku selama sebulan bagi masyarakat, karyawan, dan ASN yang memilih transportasi umum sebagai sarana utama perjalanan mereka. Dengan demikian, akan ada insentif yang lebih besar untuk mendorong orang-orang beralih ke transportasi umum.

Terkini