TRIPODNews.id - Pengusaha Pertashop di Jawa Tengah dan DIY menghadapi tantangan akibat disparitas harga antara Pertamax dan Pertalite yang semakin besar. Di sisi lain, penjualan bahan bakar minyak (BBM) subsidi atau Pertalite secara eceran semakin meningkat.
Gunadi Broto Sudarmo, Ketua Paguyuban Pengusaha Pertashop Jateng dan DIY, menjelaskan bahwa penurunan penjualan BBM di Pertashop awalnya disebabkan oleh fluktuasi perang Rusia-Ukraina yang mempengaruhi kenaikan harga minyak mentah dunia.
Kenaikan harga minyak tersebut berdampak langsung pada harga BBM di dalam negeri. Pada April 2022, harga Pertamax naik menjadi Rp12.500 per liter, sementara harga Pertalite tetap di Rp6.750 per liter.
Akibatnya, terjadi perbedaan harga BBM subsidi dan non-subsidi sebesar Rp5.750 per liter.
Disparitas harga ini membuat masyarakat lebih memilih membeli BBM subsidi daripada BBM non-subsidi. Hal ini tentu berdampak langsung pada penjualan bensin di Pertashop karena SPBU mini hanya menjual produk Pertamax dan Dex Lite.
Gunadi memberikan gambaran bahwa pada bulan Januari, Februari, dan Maret 2022, berdasarkan sampel dari satu gerai Pertashop, rata-rata penjualan Pertamax setiap bulannya mencapai 34.000 liter hingga 38.000 liter ketika harga masih Rp9.000 per liter.
Namun, setelah harga Pertamax naik menjadi Rp12.500 per liter mulai April 2022, penjualan BBM non-subsidi tersebut drastis turun menjadi 16.000 liter hingga 24.000 liter per bulan.